Tari Tiban
Tiban adalah suatu permainan dua
orang saling cambuk mencambuk. Cambuk yang dipergunakan tersebut dari
lidi aren juga diancam (dipintal). Inti permainan ini adalah latihan
keberanian, tetapi umumnya permainan ini dimainkan bersamaan dengan
upcara "meminta hujan". Kita memang tidak dapat menunjukkan dari zaman
apa tarian/permainan ini asal mulanya.
Tiban merupakan jenis seni seperti ajang mengadu ilmu keterampilan atau
kesaktian sambil menari-nari dan saling mencambuk dengan hitungan yang
ditentukan landang (wasit). Namun, si pemain hanya boleh
mengenakan celana dan tidak diizinkan mengenakan baju atas. Mereka
memakai pecut (sebagai alat pemukul) yang dibuat dari lidi aren. Ritual
tersebut selalu diiringi alunan musik layaknya gamelan lengkap yang
terdiri atas kendang, kentongan, dan gambang laras.
Tetapi melihat pelaksanaan permainan ini
biasanya pada musim kering, dimana petani-petani sangat mengharapkan
adanya hujan, maka nama permainan itulah yang mempunyai arti magis.
Tiban berasal dari kata "tiba", yang artinya jatuh. Dalam hal ini dengan
diadakannya permainan itu diharapkan agar "jatuh hujan" pada saat-saat
kering itu. Kepercayaan semacam ini tentu tidak terlepas dari unsur
dinamisme/animisme yang memang pernah hidup di tanah air kita.
Pelaksanaan permainan Tiban didahului dengan sembahyang Istiqa.
Hujan yang tidak kunjung datang membuat sebagian masyarakat di Kota
Keripik Tempe gelisah. Untuk itu, masyarakat Desa Dawuhan, Kecamatan
Trenggalek, Minggu Tanggal 26 Oktober 2014 memilih mengadakan kesenian tiban yang, konon,
bisa segera mendatangkan hujan.
Comments
Post a Comment